Tuesday, January 7, 2014

(Pemenang ke dua #flashfiction grup whatsapp & line)

Kau pernah berlari di antara rintik yang menari indah, memelukku erat tanpa sedikit sekat sekalipun malam masih terlalu pekat. Bersama hujan kita pernah menunggu sang fajar, sambil merinai kau pun memejamkan mata yang terlalu lelah melihat rindu tak berujung, katamu. Sesekali kau bercerita tentang sosok pria yang masih kau tunggu hadirnya dan kembali mengisi tiap lembar ceritamu. Dia yang meninggalkanmu demi seorang Cleopatra. 
Entah apa yang membuatmu begitu mencintainya? Pria itu laksana dewa bagimu, dipuja dan diagungkan sekalipun hati harus menanggung sayatan luka-luka kecil akibat kekecewaan. 
Pada lembaran lain, kau cukup bahagia saat (kita) bisa saling menyandarkan diri. Aku adalah gerimis yang diutus oleh semesta, membiaskan tiap tetes air mata disaat kau tak mampu membendung, katamu. Sekarang tidak penting berapa lama waktuku untuk hidup, yang terpenting aku akan tetap menjadi tetesan-tetesan hujan dan melengkapi tiap cerita sedihmu. Di ujung jalan aku akan tetap memegangmu erat tanpa enggan untuk melepas dan membiarkanmu meringkih dalam senyap. 
Cerita cinta memang tidaklah selalu mudah, karena perasaan terkadang harus menjadi tumbal untuk sebuah keharmonisan  hubungan. Aku cukup menikmati luka dengan berpura tidak suka. Tentang cinta. cinta memang tidak pernah salah, mungkin saja waktu yang bermasalah.

Ku mohon untuk jangan ada air mata setelah ini. Aku cukup bahagia menjadi gerimismu.

0 comments:

Post a Comment